Perguruan
Pencak Silat Indonesia Harimurti atau disingkat PERPI Harimurti adalah
salah satu dari sepuluh perguruan pencak silat historis IPSI. Proses
berdirinya perguruan ini, mulai dari Pencak Tejokusuman, Perguruan
Pencak Indonesia Mataram (PERPIM), Persatuan Pencak Indonesia (PERPI)
sampai PERPI Harimurti, tidak lepas dari peran pendekar tua yang saat
ini sudah berusia 86 tahun. Dialah Sukowinadi, yang akrab dipanggil Pak
Suko. Meskipun dilihat dari usia boleh dikatakan uzur, yang ditandai
dengan rambutnya yang sudah memutih serta garis-garis ketuaan yang
menghiasi wajahnya, namun penglihatan, pendengaran, serta daya ingatnya
masih normal, bahkan luar biasa. Fisiknya pun demikian, ia masih mampu
membuat fotografer terpelanting terkena teknik guntingan kakinya yang
sempurna.
Ditemui
di Jl. Veteran 13, Yogyakarta, dengan jelas dan gamblang ia
menceritakan perkembangan pencak silat di Yogyakarta sebelum masa
kemerdekaan, kronologis berdirinya perguruan PERPI Harimurti, dan proses
terbentuknya Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di luar kepala,
sungguh daya ingat yang mengagumkan. Pandangannya mengenai perkembangan
pencak silat saat ini menunjukkan betapa kritisnya ia menanggapi
berbagai hal, argumentasinya yang kuat membuat orang yang mendebatnya
tidak mampu menyanggahnya.
Pembawaannya
yang ramah dan terbuka tidak menampakkan bahwa ia adalah seorang
pendekar yang disegani, bahkan cara berbicaranya lebih mirip seorang
kakek yang sedang menasihati cucunya. Kalau kamu tinggal beberapa hari
lagi di sini, saya akan kasihkan jurus-jurus praktis yang mudah
dipelajari untuk penjagaan diri, ujarnya.
Ketika ditanyakan lebih jauh, bagaimana yang dikatakan jurus praktis itu, ia menerangkan sambil langsung memperagakannya.
Kata
para pakar, pencak silat itu bisa dikategorikan sebagai salah satu
cabang olahraga, sedangkan olahraga berhubungan erat dengan anatomi
tubuh manusia. Maka seorang pesilat harus memahami ilmu anatomi. Dengan
ilmu ini, kita dapat mengolahnya agar menjadi sehat, serta dapat pula
digunakan untuk mengetahui bagian tubuh lawan yang lemah. Ini khusus
untuk penggunaan dalam beladiri, ujarnya sambil menunjukkan
bagian-bagian tubuh mana yang bisa dijadikan sasaran pukulan, tendangan,
atau bentuk serangan yang lain.
Memang
langsung dapat dirasakan bahwa setiap bagian tubuh yang dipegang,
ditekan, atau dipukul dengan tenaga yang relatif lemah, namun efeknya
menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.
Bagaimana
ia bisa mendapatkan kemahiran seperti itu? Ternyata jawabnya mudah
sekali. Logis saja, saya sudah berlatih selama 67 tahun, maka instink
saya sudah terlatih untuk bergerak mempertahankan diri pada saat yang
diperlukan. Jadi, intinya adalah berlatih! Itu kan logis. Belajar pencak
silat itu yang logis saja.Tidak usah mistik-mistikan! Yang logis saja
susah diterangkan, apalagi yang mistik! kata mantan perwira penerangan
itu menasehati.
Keluarga
saya dikaruniai umur yang panjang. Ayah meninggal pada usia sekitar 100
tahun, kakak meninggal pada usia 96 tahun. Saya kan sekarang ini masih
86 tahun. Jadi untuk beberapa tahun ke depan, saya masih kuat untuk
melatih, jawabnya ketika ditanya tentang resep panjang umur.
Pada
saat pengambilan foto, dapat disaksikan bahwa ia memang layak disebut
pendekar. Ia seakan tidak merasa lelah sedikitpun ketika memperagakan
berbagai macam jurus PERPI Harimurti, dari mulai gerak dasar, aplikasi
jurus, permainan pisau, sampai teknik meditasi Padam Prana yang
bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh dan ketentraman jiwa. Menurut
penuturannya meditasi ini merupakan warisan dari eyangnya sendiri,
Ronggowarsito.
Beladiri
itu kodrat makhluk hidup, termasuk manusia. Namun karena manusia
dibekali akal, maka harus digunakan. Demikian pula dengan pencak silat.
Kita jangan hanya nrimo saja apa yang diberikan oleh guru, namun harus
diolah kembali dengan menggunakan akal pikiran agar lebih sempurna dari
waktu ke waktu. Bagi saya pencak silat adalah nomor satu, di mana saya
berada, di situ saya harus melatih. Itulah pengabdian, tuturnya
mengakhiri perbincangan. (Graspuzi)
Dengan
menguasai anatomi, maka serangan menjadi lebih efektif. Pak Suko
membalas serangan dengan menotok urat syaraf di sekitar sikut membuat
tangan lawan menjadi lumpuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar